Halo, selamat datang di SandwichStation.ca! Senang sekali rasanya bisa menemani kamu dalam menjelajahi dunia metodologi penelitian yang kadang bikin pusing. Kali ini, kita akan membahas topik yang cukup populer, yaitu purposive sampling menurut pandangan seorang ahli, Bapak Sugiyono. Tenang saja, kita akan mengupasnya dengan bahasa yang santai dan mudah dimengerti, seperti lagi ngobrol sambil makan sandwich enak di kafe favorit.
Metode sampling ini seringkali jadi pilihan utama para peneliti, khususnya ketika mereka punya tujuan spesifik dalam memilih responden atau sampel penelitian. Gak kayak metode random sampling yang memberi kesempatan sama rata ke semua populasi, purposive sampling lebih fokus dan terarah. Jadi, kalau kamu lagi nyusun skripsi, tesis, atau penelitian lainnya, dan berencana menggunakan metode ini, artikel ini cocok banget buat kamu!
Yuk, siapkan kopi atau teh hangatmu, mari kita bedah tuntas purposive sampling menurut Sugiyono. Kita akan bahas mulai dari pengertian dasar, kriteria pemilihan sampel, kelebihan dan kekurangan, contoh penerapannya, sampai tips dan trik biar penelitian kamu makin sukses. Jangan khawatir, gak ada istilah njelimet yang bikin kepala berasap. Kita belajar sambil santai, oke?
Apa Itu Purposive Sampling Menurut Sugiyono? Definisi dan Esensi
Pengertian Dasar Purposive Sampling
Jadi, apa sih sebenarnya purposive sampling itu? Menurut Bapak Sugiyono, seorang pakar metodologi penelitian yang namanya sudah gak asing lagi di telinga para mahasiswa dan peneliti, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan atau kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Intinya, peneliti sengaja memilih sampel berdasarkan karakteristik atau ciri-ciri yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian. Jadi, gak semua anggota populasi punya kesempatan yang sama untuk terpilih, beda dengan random sampling. Peneliti punya hak prerogatif untuk memilih siapa saja yang akan menjadi bagian dari sampel, asalkan pemilihan tersebut didasarkan pada alasan yang kuat dan relevan.
Misalnya, kamu ingin meneliti tentang "Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Karyawan di Perusahaan Startup". Kamu bisa menggunakan purposive sampling untuk memilih karyawan yang memiliki pengalaman langsung dengan gaya kepemimpinan transformasional tersebut. Kamu bisa memilih karyawan yang sering berinteraksi dengan pemimpin, terlibat dalam proyek-proyek inovatif, atau memiliki prestasi kerja yang menonjol. Dengan begitu, sampel yang kamu dapatkan akan lebih representatif dan relevan dengan tujuan penelitianmu.
Kriteria Pemilihan Sampel dalam Purposive Sampling
Lantas, apa saja kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih sampel dengan teknik purposive sampling? Bapak Sugiyono menekankan beberapa hal penting, di antaranya:
- Tujuan Penelitian: Ini adalah poin utama. Pemilihan sampel harus sejalan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.
- Karakteristik Populasi: Peneliti harus memahami karakteristik populasi secara mendalam. Hal ini akan membantu dalam menentukan kriteria yang relevan untuk pemilihan sampel.
- Relevansi: Sampel yang dipilih harus relevan dengan isu atau fenomena yang sedang diteliti.
- Aksesibilitas: Sampel harus mudah diakses oleh peneliti. Jangan sampai memilih sampel yang sulit dijangkau atau tidak bersedia memberikan informasi.
- Pengetahuan: Sampel sebaiknya memiliki pengetahuan atau pengalaman yang cukup tentang topik penelitian.
Perbedaan Purposive Sampling dengan Teknik Sampling Lainnya
Biar lebih jelas, mari kita bandingkan purposive sampling dengan beberapa teknik sampling lainnya:
Teknik Sampling | Ciri Utama | Kapan Digunakan | Kelebihan | Kekurangan |
---|---|---|---|---|
Random Sampling | Setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih. | Ketika ingin mendapatkan sampel yang representatif dari populasi secara keseluruhan. | Representatif, generalisasi tinggi. | Membutuhkan data populasi yang lengkap, bisa jadi tidak relevan dengan tujuan penelitian spesifik. |
Stratified Sampling | Populasi dibagi menjadi beberapa strata, kemudian sampel diambil dari setiap strata. | Ketika ingin memastikan setiap strata dalam populasi terwakili dalam sampel. | Lebih akurat daripada random sampling jika populasi memiliki strata yang signifikan. | Membutuhkan informasi tentang strata populasi, bisa jadi rumit jika strata terlalu banyak. |
Cluster Sampling | Populasi dibagi menjadi beberapa cluster, kemudian beberapa cluster dipilih secara acak dan semua anggota cluster tersebut dijadikan sampel. | Ketika populasi tersebar luas dan sulit dijangkau secara individual. | Lebih efisien daripada random sampling jika populasi tersebar luas. | Kurang akurat daripada random sampling jika cluster tidak homogen. |
Purposive Sampling | Sampel dipilih berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu. | Ketika ingin mendapatkan informasi mendalam dari sampel yang memiliki karakteristik spesifik yang relevan. | Mendapatkan informasi yang relevan dan mendalam, efisien jika tujuan penelitian spesifik. | Kurang representatif, generalisasi rendah, subjektivitas peneliti bisa mempengaruhi pemilihan sampel. |
Kelebihan dan Kekurangan Purposive Sampling Menurut Sugiyono
Kelebihan Purposive Sampling
Menurut Sugiyono, purposive sampling punya beberapa kelebihan yang membuatnya jadi pilihan menarik dalam penelitian:
- Efisiensi: Purposive sampling lebih efisien daripada random sampling, terutama jika kamu punya tujuan penelitian yang spesifik. Kamu gak perlu repot mengumpulkan data dari seluruh populasi, cukup fokus pada sampel yang relevan saja.
- Informasi Mendalam: Dengan memilih sampel berdasarkan kriteria tertentu, kamu bisa mendapatkan informasi yang lebih mendalam dan relevan dengan isu yang sedang diteliti.
- Fleksibilitas: Purposive sampling memungkinkan kamu untuk menyesuaikan pemilihan sampel dengan perkembangan penelitian. Jika ada informasi baru yang muncul, kamu bisa mengubah kriteria pemilihan sampel sesuai kebutuhan.
Kekurangan Purposive Sampling
Namun, purposive sampling juga punya beberapa kekurangan yang perlu kamu pertimbangkan:
- Kurang Representatif: Karena sampel dipilih berdasarkan pertimbangan subjektif, purposive sampling kurang representatif dibandingkan random sampling. Artinya, hasil penelitianmu mungkin sulit digeneralisasikan ke populasi yang lebih luas.
- Subjektivitas: Pemilihan sampel sangat dipengaruhi oleh subjektivitas peneliti. Hal ini bisa menimbulkan bias dalam penelitian.
- Validitas Eksternal Rendah: Validitas eksternal adalah kemampuan hasil penelitian untuk digeneralisasikan ke konteks lain. Karena purposive sampling kurang representatif, validitas eksternalnya cenderung rendah.
Kapan Purposive Sampling Cocok Digunakan?
Meskipun punya kekurangan, purposive sampling tetap menjadi pilihan yang tepat dalam situasi tertentu, misalnya:
- Penelitian Kualitatif: Purposive sampling sering digunakan dalam penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memahami fenomena secara mendalam.
- Studi Kasus: Purposive sampling cocok digunakan dalam studi kasus yang fokus pada kasus-kasus tertentu yang dianggap unik atau penting.
- Penelitian Eksploratif: Purposive sampling bisa digunakan dalam penelitian eksploratif untuk menjajaki isu-isu yang belum banyak diteliti.
Contoh Penerapan Purposive Sampling Menurut Sugiyono
Contoh 1: Penelitian tentang Motivasi Kerja Karyawan
Misalnya, kamu ingin meneliti tentang faktor-faktor yang memotivasi karyawan untuk bekerja di sebuah perusahaan. Kamu bisa menggunakan purposive sampling untuk memilih karyawan yang memiliki kinerja tinggi, terlibat dalam proyek-proyek penting, atau memiliki masa kerja yang lama. Dengan mewawancarai atau memberikan kuesioner kepada karyawan-karyawan ini, kamu bisa mendapatkan informasi yang mendalam tentang apa yang benar-benar memotivasi mereka.
Contoh 2: Penelitian tentang Efektivitas Program Pelatihan
Katakanlah, perusahaan kamu baru saja mengadakan program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi karyawan. Kamu ingin mengevaluasi efektivitas program tersebut. Kamu bisa menggunakan purposive sampling untuk memilih karyawan yang aktif mengikuti pelatihan, memberikan feedback positif, atau menunjukkan peningkatan keterampilan komunikasi setelah mengikuti pelatihan. Dengan mengumpulkan data dari karyawan-karyawan ini, kamu bisa mendapatkan gambaran yang jelas tentang seberapa efektif program pelatihan tersebut.
Contoh 3: Penelitian tentang Penggunaan Media Sosial dalam Pemasaran
Kamu ingin meneliti bagaimana bisnis kecil menggunakan media sosial untuk memasarkan produk atau layanan mereka. Kamu bisa menggunakan purposive sampling untuk memilih bisnis kecil yang aktif di media sosial, memiliki jumlah pengikut yang signifikan, atau berhasil meningkatkan penjualan melalui media sosial. Dengan menganalisis strategi media sosial mereka, kamu bisa mendapatkan insight yang berharga tentang bagaimana bisnis kecil bisa memanfaatkan media sosial untuk mencapai tujuan pemasaran mereka.
Tips dan Trik Menggunakan Purposive Sampling Menurut Sugiyono
Tentukan Kriteria Pemilihan Sampel dengan Jelas
Pastikan kamu memiliki kriteria pemilihan sampel yang jelas dan terukur. Kriteria ini harus sejalan dengan tujuan penelitianmu dan didasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang populasi yang kamu teliti.
Dokumentasikan Alasan Pemilihan Sampel
Setiap kali kamu memilih seorang responden atau sampel, catat alasan mengapa kamu memilihnya. Dokumentasi ini akan membantu kamu untuk mempertahankan objektivitas dan menghindari bias dalam penelitian.
Gunakan Kombinasi Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang lebih komprehensif, gunakan kombinasi metode pengumpulan data, seperti wawancara, observasi, dan kuesioner.
Tingkatkan Validitas dan Reliabilitas Penelitian
Meskipun purposive sampling kurang representatif, kamu tetap bisa meningkatkan validitas dan reliabilitas penelitianmu dengan cara:
- Triangulasi: Menggunakan berbagai sumber data atau metode pengumpulan data untuk mengkonfirmasi temuan penelitian.
- Member Check: Meminta responden untuk memvalidasi interpretasi data yang kamu lakukan.
- Audit Trail: Mencatat semua langkah-langkah yang kamu lakukan dalam penelitian, mulai dari perencanaan hingga analisis data.
Tabel Ringkasan Purposive Sampling Menurut Sugiyono
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Definisi | Teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. |
Tujuan | Mendapatkan informasi mendalam dari sampel yang memiliki karakteristik spesifik yang relevan. |
Kriteria Pemilihan Sampel | Tujuan penelitian, karakteristik populasi, relevansi, aksesibilitas, pengetahuan. |
Kelebihan | Efisiensi, informasi mendalam, fleksibilitas. |
Kekurangan | Kurang representatif, subjektivitas, validitas eksternal rendah. |
Kapan Cocok Digunakan | Penelitian kualitatif, studi kasus, penelitian eksploratif. |
Contoh Penerapan | Penelitian tentang motivasi kerja, efektivitas program pelatihan, penggunaan media sosial dalam pemasaran. |
Tips dan Trik | Tentukan kriteria dengan jelas, dokumentasikan alasan pemilihan, gunakan kombinasi metode, tingkatkan validitas. |
Kesimpulan
Nah, itulah tadi pembahasan lengkap tentang purposive sampling menurut Sugiyono. Semoga penjelasan ini bisa membantu kamu dalam memahami metode sampling ini dengan lebih baik dan menerapkannya dalam penelitianmu. Ingat, purposive sampling adalah alat yang ampuh jika digunakan dengan tepat. Jangan ragu untuk bereksperimen dan menyesuaikan metode ini dengan kebutuhan penelitianmu.
Jangan lupa untuk terus mengunjungi blog SandwichStation.ca untuk mendapatkan informasi menarik lainnya tentang metodologi penelitian dan topik-topik menarik lainnya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!
FAQ: Pertanyaan Seputar Purposive Sampling Menurut Sugiyono
Berikut adalah 13 pertanyaan yang sering diajukan tentang purposive sampling menurut Sugiyono, beserta jawabannya:
-
Apa itu purposive sampling menurut Sugiyono? Purposive sampling menurut Sugiyono adalah teknik sampling yang memilih sampel berdasarkan kriteria tertentu yang relevan dengan tujuan penelitian.
-
Apa bedanya purposive sampling dengan random sampling? Random sampling memberi kesempatan yang sama pada semua anggota populasi, sedangkan purposive sampling memilih sampel berdasarkan kriteria tertentu.
-
Kapan sebaiknya menggunakan purposive sampling? Sebaiknya gunakan purposive sampling ketika kamu memiliki tujuan penelitian yang spesifik dan ingin mendapatkan informasi mendalam dari sampel yang relevan.
-
Apa saja kelebihan purposive sampling? Kelebihannya adalah efisiensi, informasi mendalam, dan fleksibilitas.
-
Apa saja kekurangan purposive sampling? Kekurangannya adalah kurang representatif, subjektivitas, dan validitas eksternal rendah.
-
Bagaimana cara menentukan kriteria pemilihan sampel dalam purposive sampling? Kriteria pemilihan sampel harus sejalan dengan tujuan penelitian, relevan dengan karakteristik populasi, dan mudah diakses oleh peneliti.
-
Bisakah purposive sampling digunakan dalam penelitian kuantitatif? Bisa, tetapi lebih sering digunakan dalam penelitian kualitatif.
-
Bagaimana cara meningkatkan validitas dan reliabilitas penelitian yang menggunakan purposive sampling? Dengan triangulasi, member check, dan audit trail.
-
Apakah purposive sampling sama dengan snowball sampling? Tidak sama. Snowball sampling menggunakan jaringan responden untuk menemukan responden lain, sedangkan purposive sampling berdasarkan kriteria yang ditetapkan peneliti.
-
Apakah ukuran sampel penting dalam purposive sampling? Iya, ukuran sampel tetap penting, meskipun tidak se-krusial dalam random sampling. Ukuran sampel harus cukup untuk mendapatkan informasi yang mendalam dan relevan.
-
Bagaimana cara menghindari bias dalam purposive sampling? Dokumentasikan alasan pemilihan sampel dan gunakan kombinasi metode pengumpulan data.
-
Apa contoh penerapan purposive sampling dalam penelitian pendidikan? Memilih guru yang inovatif untuk studi tentang metode pengajaran.
-
Apakah etis menggunakan purposive sampling? Etis, asalkan alasan pemilihan sampel jelas dan tidak diskriminatif.